Oleh : Nurhaima Fakhrun Nisa’
Perjalanan bersama Al-Qur’an adalah perjalanan yang tak akan pernah ada ujungnya, sebab ketika sudah siap menjadi penghafal Al-Qur’an, maka haruslah siap untuk tidak meninggalkannya.
Menjadi penghafal Al-Qur’an memang tidaklah mudah. Harus ada yang di korbankan, dan harus ada yang di perjuangkan. Ketika bersama Al-Qur’an, harus siap terpisah jauh dengan orang tua, harus siap mengatur waktu, harus siap bangun pagi untuk qiyamul lail sebagai penguat energi dipagi hari. Berjuang sendiri ditengah gelapnya malam disaat semua orang tertidur lelap serta berjuang menahan kantuk yang menyerang ketika sedang memurojaah di siang dan malam hari.
Capek,
Menyerah
Terkadang harus berdamai dengan diri sendiri.
Sabar adalah puncak dari perjuangan bersamanya.
Terkadang muncul pertanyaan “Mengapa hafalan saya tak kunjung lancar?”
Dulu semangatmu begitu menggebu, kamu membeli mushaf Al-Qur’an khusus untuk menghafal. Saat itu menjadi penghafal Al-Qur’an adalah impian, kamu berharap bisa memberikan mahkota bagi kedua orang tua mu kelak disurga.
Baca juga : Sudahkah Kita Merasa Cukup?
Namun kini, semuanya seperti menguap begitu saja, hawa nafsu menguasai dirimu.
Jangankan menghafal, untuk membuka mushaf saja sudah terasa berat.
Ada apa dengan dirimu sekarang?
Apakah surga bukan lagi tujuan utamamu?
Ketahuilah orang yang menghafal Al-Qur’an adalah orang-orang pilihan yang di pilih langsung oleh Allah untuk menjadi keluarganya. Sebagaimana yang di ungkapkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. ‘ Beliau SAW ditanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau SAW menjawab, ‘Mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).”
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan :
“Yang dimaksud ahlul qur’an bukan orang yang sekedar menghafal dan membacanya saja. Ahlul qur’an (sejati) adalah yang mengamalkannya, meskipun ia belum hafal Qur’an. Orang-orang yang mengamalkan Al-Qur’an; menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak melanggar batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, mereka itulah yang dimaksud ahlul qur’an, keluarga Allah serta orang-orang pilihannya Allah. Merekalah hamba Allah yang paling istimewa. Adapun orang yang hafal Al-Qur’an, membaguskan bacaan Qur’an nya, membaca setiap hurufnya dengan baik. Namun jika ia menyepelekan batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, ia bukan termasuk dari ahlul qur’an. Tidak pula termasuk dari orang-orang khususnya Allah. Jadi ahlul qur’an adalah orang yang berpedoman dengan Al-Qur’an (dalam gerak-gerik kehidupannya), ia tidak menjadikan selain Al-Qur’an sebagai panutan. Mereka mengambil fiqih, hukum-hukum dari Al-Qur’an, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam beragama..”.
Lelah dan capek di dunia hanya sementara, kenikmatan sesungguhnya adalah ketika bertemu dan masuk surga hingga berjumpa dengan Rabb semesta alam sang pemilik kalam-kalam Allah yang indah.