Makna Kegagalan

Makna kegagalan
Bagikan
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Kegagalan bukan berarti menghancurkan masa depan dan cita-cita. Tetapi, kegagalan akan menjadi pengalaman terbaik dalam pernak-pernik kehidupan ini. Kegagalan juga akan menjadi awal kesuksesan.

Satu hal yang mesti di ingat dan harus menjadi pegangan dalam memaknai setiap likaliku kehidupan, yaitu tetap menjaga prasangka baik atas setiap ketetapan-Nya. Harus bisa ikhlas dan sabar dalam menjalani setiap proses dari-Nya.

Setiap orang pasti akan menemui seleksi-seleksi kehidupan yang dikemas dalam bentuk ujian. Setiap orang akan mendapati tingkatan dan permasalahan yang berbeda. Maka bijaklah dalam mengambil langkah dan mulailah dengan berpikir cerdas.

Jangan pernah merasa bahwa hanya engkau yang mengalaminya. Jangan pernah merasa hanya engkaulah yang mendapatinya. Akan tetapi, berpikirlah, merenunglah apa yang menjadi sebab engkau mengalami itu. Dan hal yang paling penting adalah jagalah prasangka baik itu.

Banyak-banyaklah melihat orang-orang sukses di sekitarmu. Cari tahulah pengalaman-pengalaman mereka. Belajarlah dari kegagalan orang-orang sukses. Sebab, di balik kesuksesannya banyak kisah yang tidak diketahui. Banyak-banyaklah belajar dari kisah Para Sahabat, Tabi’in, Salafus Sholih dan Para Ilmuwan yang pernah berjaya di masanya.

Bukankah mereka juga mengalami sederetan kisah pilu dan kegagalan. Belajarlah dari kisah-kisah mereka untuk mengambil hikmah.

Belajarlah dari kisah Muhammad Al-Fatih, yang berhasil menaklukan konstantinopel setelah sekian lama melakukan perlawanan dengan Konstantinopel. Tahukah anda? Berapa lama seorang Al-Fatih menaklukan itu semua? Apakah dalam kurun waktu yang singkat dan tanpa perlawanan sengit. Oh, No. Semua membutuhkan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang. Sebagaimana yang kita ketahui, kapal-kapal bisa beralayar di atas bukit dalam waktu satu malam. Banyak pasukan Islam yang gugur, membuat terowongan bawah tanah, hingga akhirnya Konstantinopel berhasil jatuh ketangan mereka.

Belajarlah dari kisah Tabi’in, seorang ulama besar di zamannya hingga sekarang kita bisa temukan salah satu karyanya di pondok-pondok pesantren yang kerap di jadikan sebagai pelajaran. Beliau dalah Ibnu Hajar Al-Asqolani, penulis kitab Bulgul Marhom.

Tahukah anda? Bagaimana sederetan kisah kegagalan dan perjuangannya, hingga beliau hampir menyerah dan balik ke rumah karena susahnya beliau memahami pelajaran-pelajaran yang di berikan oleh sang guru. Bahkan pelajaran yang di terimah tidak ada satu pun yang lengket di otaknya. Hingga akhirnya memilih menyerah dan memutuskan untuk berhenti dan kembali ke rumahnya.

Rencana Allah justru lebih baik. Dalam perjalanan pulangnya, beliau beristrahat sejenak dalam gua sambil merenung. Beliau melihat air yang menetes sedikit demi sedikit melintasi batu-batu besar hingga muncul dalam benak beliau sebuah pertanyaan “ Batu besar nan tebal ini bisa di tembus oleh air hujan. Berapa lamakah air ini melewati celah bebatuan besar ini?”

Dari pertanyaan-pertanyaan itulah, akhirnya beliau kembali untuk menutut ilmu setelah menemukan jawaban atas kegalauan beliau ketika menuntut ilmu.

Seperti halnya Thomas Alfa Edison dalam eskperimennya. Bukankah beliau mengalami kegagalan yang sangat banyak. 9999 Kali beliau melakukan percobaan, semuanya gagal. Percobaan yang ke 10000 kali barulah berhasil.
Yang menjadi pertanyaannya “Apakah beliau menyerah? Apakah beliau mundur dan berhenti? Jawabannya tidak, tidak dan tidak. Justru beliau tambah yakin bahwa eksperimen yang dilakukan pastilah berhasil. Bayangkan, jika eksperimen yang beliau lakukan, beliau hentikan, maka saat ini kita tidak dapat menggunakan bola lampu sebagai cahaya penerang di tengah kegelapan.

Masih banyak kisah perjuangan Para Sahabat, Tabi’in, Ulama dan Para Pakar Ilmuwan lainnya. Di balik kesuksesan seseorang pasti sebelumnya mengalami sederetan kegagalan. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti untuk berusaha menggapai mimpi-mimpi dan cita-cita. Bukankah sangat jelas dalam Firman Allah SWT :”Sesungguhnya setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan”.(Qs. Al-Insyirah ayat 4-5).

Ssbelum di mudahkan pastilah di sulitkan dulu, seperti dalam pepatah “Berakit-rakit kita kehulu, bersenang-senang kita kemudian”. Maka dari itu, tetap semangat dalam berbenah. Jangan pernah merasa minder atas usaha yang dilakukan. Tetap melangkah meski di depan banyak duri tajam yang mesti di lewati, karena badai pasti berlalu.

Wallahu’alam Bis-Shawwab.

Penulis : Nurhaima Fakhrun Nisa’

Hubungi Kami

Subscribe Channel Kami

Copyright © 2021 Simaq- Pusat Belajar Al Qur'an

Home

Wakaf

Program

Donasi

Sejarah

Visi & Misi

Management

Salam Pimpinan

Kontak Kami

Laporan

Tahsin

Tahfizh

Private

Event

Akademi

Galerry kegiatan