Bagaimana Islam memandang Hukum pemberian Sesajen?

Bagaimana Islam memandang Hukum pemberian Sesajen
Bagikan
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Letusan Gunung Semeru terjadi pada 4 Desember 2021 di Jawa Timur, Indonesia. Setidaknya 51 orang tewas, 169 orang terluka dan 22 orang hilang. 45 orang mengalami luka bakar karena letusan tersebut. Aliran piroklastik dan lahar merusak sedikitnya 5.205 rumah dan beberapa bangunan umum.

Selang beberapa hari masyarakat setempat melakukan ritual dan memberikan sesajen dengan tujuan doa bersama untuk menolak bala. Nampak-nya, Letusan tersebut tidak menjadikan kita untuk mengintropeksi diri. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

(Q.s Ar-Rum : 41)

Abul Aliyah mengatakan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Karena itu, disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud yang bunyinya:
Sesungguhnya suatu hukuman haq yang ditegakkan di bumi lebih disukai oleh para penghuninya daripada mereka mendapat hujan selama empat puluh hari.

Dikatakan demikian karena bila hukuman-hukuman haq ditegakkan, maka semua orang atau sebagian besar dari mereka atau banyak dari kalangan mereka yang menahan diri dari perbuatan maksiat dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan. Apabila perbuatan-perbuatan maksiat ditinggalkan, maka hal itu menjadi penyebab turunnya berkah dari langit dan juga dari bumi.

Pemberian sesajen yang di lakukan masyarakat setempat merupakan salah satu bentuk kesyirikan dan hukum-nya haram. Syirik adalah pangkal segala kejahatan dan penyelewengan serta rusaknya pikiran atau tingkah laku. Syirik pada hakekatnya adalah ucapan atau akidah tanpa ilmu. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ  ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرٰىٓ إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala tidak akan mengampunkan dosa syirik mempersekutukan-nya (dengan sesuatu apa jua), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi sesiapa yang dikehendakinya (menurut aturan Syariatnya). dan sesiapa yang mempersekutukan Allah subhanahu wata’ala (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.” (Qs. an-Nisa : 48).

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Zaidah ibnu Abuz Zanad An-Namiri, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Perbuatan aniaya (dosa) itu ada tiga macam, yaitu perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah, perbuatan aniaya yang diampuni oleh Allah, dan perbuatan aniaya yang tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah barang sedikit pun darinya. Adapun perbuatan aniaya yang tidak diampuni oleh Allah ialah perbuatan syirik (mempersekutukan Allah). Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ  ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (Q.s Luqman : 13)

Pedangkalan Akidah
Tradisi yang masih terus di lakukan (pemberian sesajen) oleh sebagian kaum muslimin di indonesia merupakan salah satu bukti dari dangkalnya akidah. Baik itu di lakukan untuk doa menolak bala atau untuk allah. Sebab, perbuatan tersebut tidak ada tuntunan-nya dalam syariat. Belum lagi, pernyataan dari seorang kiai yang membenarkan perbuatan syirik tersebut. Seolah-olah menjadi pembenaran bagi masyarakat yang kurang paham terhadap agama-nya sendiri.

Ketidak tahuan dan ketidak pedulian terhadap ajaran islam menjadikan kaum muslimin enggang untuk belajar ajaran agama-nya sendiri. Sehingga tampa mengetahui kebenaran dari ajaran-nya (Agama Islam) menjadikan kaum muslim mudah terjatuh pada perkara-perkara bid’ah dan yang lebih fatal tampa sadar menjadikan mereka keluar dari islam. Naudzubillah

Ketidak tahuan terhadap agama, menjadikan seorang muslim hanya sekedar ikut-ikutan dalam beribadah. Terkadang tidak melihat apakah hal itu di benarkan dalam syariat islam atau di larang. Salah satu contoh-nya adalah pemberian sesajen. Kadar benar dan salah hanya di lihat dari siapa yang melakukan-nya. Apakah dia seorang kiai atau seseorang yang memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat. Padahal dalam islam, sumber hukum benar dan salah-nya suatu perbuatan adalah Al-qur’an dan Sunnah.

Solusi Dalam Islam
Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita belajar tentang agama kita. Apalagi jika itu perkara akidah. Menuntut ilmu agama hukum-nya wajib. Hal ini telah dijelaskan dalam hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)

Allah juga akan meninggikan derajat seorang muslim yang menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam Alquran yang berbunyi:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:”Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11).

Dengan menuntut ilmu (Agama), maka kita akan mengetahui perkara-perkara yang allah perintahkan dan larangan-nya. Sebab, dengan belajar kita mengetahui perkara yang benar dan salah. Dengan demikian, menjadikan kita lebih berhati-hati dalam menjalankan sebuah aktifitas dan meninggalkan perkara-perkara maksiat dan sesuatu yang tidak kita miliki pengetahuan atas-nya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِين

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.” (Q.s Al-baqarah : 208)

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-nya yang beriman kepada-nya dan membenarkan Rasul-nya, hendaklah mereka berpegang kepada tali Islam dan semua syariatnya serta mengamalkan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangannya dengan segala kemampuan yang ada pada mereka. Wallahu’alam

Penulis : Mirna (Aktivis Dakwah Dan Pemerhati Umat)

Hubungi Kami

Subscribe Channel Kami

Copyright © 2021 Simaq- Pusat Belajar Al Qur'an

Home

Wakaf

Program

Donasi

Sejarah

Visi & Misi

Management

Salam Pimpinan

Kontak Kami

Laporan

Tahsin

Tahfizh

Private

Event

Akademi

Galerry kegiatan