Wanita Juru Dakwah

Oleh : Mirna

Wanita dan dakwah? Sebuah kata yang tidak asing. Dimana, sebagai seorang wanita memiliki peran yang penting baik itu dalam ruang lingkup keluarga maupun masyarakat umum. Dakwah tidak hanya di tujukan pada kaum laki-laki, melainkan untuk kaum perempuan. Dalam islam, kita di perintahkan untuk menyampaikan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Sebagaimana firman Allah Swt :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.s Ali-Imran : 104)

قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الْبَاقِرُ: قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ} ثُمَّ قَالَ: “الْخَيْرُ اتِّبَاعِ القُرآنِ وَسُنَّتِي”

Abu Ja’far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw membacakan firman-Nya : “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.” (Q.s Ali-Imran : 104) Kemudian beliau bersabda: “Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur’an dan sunnahku.” (Hadis diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih)

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda :

“مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَده، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ”. وَفِي رِوَايَةٍ: “وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ”

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian iiu adalah selemah-lemahnya iman. Di dalam riwayat lain disebutkan dan tiadalah di belakang itu iman barang seberat biji sawi pun.”

Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Amr ibnu Abu Amr dengan lafaz yang sama. (Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan)

Sangatlah jelas, bahwa dalil tersebut tidaklah di tujukan hanya kepada laki-laki saja, melainkan kepada perempuan. Karena dalam menyampaikan dakwah adalah kewajiban bagi masing-masing individu, tampa terkecuali wanita. Wanita memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam hal dakwah. Wanita boleh berdakwah di tengah-tengah masyarakat umum sesuai dengan kemampuan-nya. Namun, yang perlu di perhatikan, jangan sampai keluar dari tuntunan syariat. Allah Swt berfirman :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Q.s Fussilat : 33)

Ayat ini mengandung makna yang umum mencakup setiap orang yang menyeru manusia kepada kebaikan, sedangkan dia sendiri mengerjakan-nya dengan penuh konsekuen dan orang yang paling utama dalam hal ini adalah Rasulullah SAW. Demikianlah menurut pendapat Muhammad ibnu Sirin, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Baca juga : Pesan Untuk Kaum Hawa

Berikut adalah peran penting wanita dalam dakwah :

  • Peran Wanita Dalam Keluarga-nya

Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran islam. Dari keluarga-lah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.

  • Wanita Sebagai Seorang Istri

Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istri-lah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istri-lah yang dapat menenangkan-nya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istri-lah yang dapat menyemangatinya. Sungguh, tidak ada yang mempunyai pengaruh terbesar bagi seorang suami melainkan sang istri yang di cintainya.

Mengenai hal ini, contohlah apa yang dilakukan oleh teladan kaum Muslimah, Khadijah Radiyallahu anha dalam mendampingi Rasulullah Saw di masa awal kenabian-nya. Ketika Rasulullah Sw merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya dan merasa kesulitan, lantas apa yang dikatakan Khadijah kepadanya?

“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Tidak ada pangkat tertinggi melainkan pangkat seorang nabi dan tidak ada ujian yang paling berat selain ujian menjadi seorang nabi. Untuk itu, tidak ada obat penenang bagi Rasulullah Saw dalam mengemban amanah nubuwah-nya melainkan istri yang sangat di cintainya. Sampai-sampai ketika Aisyah cemburu kepada Khadijah dan berkata “Kenapa engkau sering menyebut perempuan berpipi merah itu, padahal Allah telah menggantikan-nya untukmu dengan yang lebih baik?” Lantas Rasulullah Saw marah dan bersabda: “Bagaimana engkau berkata demikian? Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untuk-ku pada saat semua orang menolak mambantuku dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan.” (HR Ahmad dengan Sanad yang Hasan)

Demikianlah kecintaan Rasulullah Saw kepada Khadijah dan demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang di inginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya ketika sulitnya.

Inilah peran yang seharusnya di lakukan bagi seorang wanita. Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang perlu di lakukan wanita, akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin (pemimpin rumah tangga atau lain-nya) yang dapat membantu, mengarahkan dan menenangkan adalah hal yang sangat mulia jika di dalam-nya berisi ketaatan kepada Allah Ta’ala.

  • Wanita Sebagai Seorang Ibu

Tidak ada kemulian terbesar yang di berikan Allah bagi seorang wanita, melainkan peran-nya menjadi seorang Ibu. Bahkan Rasulullah Saw pun bersabda ketika di tanya oleh seseorang :

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. “Ibumu”, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)

Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa di harapkan kehadiran-nya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak dapat di pengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.

Pernahkah kita membaca kisah-kisah kepahlawanan atau kemulian seseorang? Siapakah dalang di dalam keberhasilan mereka menjadi seorang yang pemberani, ahli ilmu atau bahkan seorang imam? Tidak lain adalah seorang ibu yang membimbing-nya. Wanita di samping peran-nya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lain-nya di dalam masyarakat dan negara. Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwah-kan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lain-nya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah di syariatkan dan tentunya setelah kewajiban-nya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.

  • Peranan Wanita Dalam Masyarakat Dan Negara

Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan negara. Dan ia punya peran-nya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi.

Pada zaman nabi, para shohabiyah biasa menjadi perawat ketika terjadi peperangan atau sekedar menjadi penyemangat kaum muslimin. Walaupun tidak sedikit pula dari mereka yang juga ikut berjuang berperang menggunakan senjata untuk mendapatkan syahadah fii sabilillah, seperti Shahabiyah Ummu Imarah yang berjuang melindungi Rasulullah dalam peperangan. Sehingga dalam hal ini, peran wanita adalah sebagai penopang dan sandaran kaum laki-laki dalam melaksanakan tugas-tugas-nya. Wallahu ‘Alam

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Hubungi Kami

Subscribe Channel Kami

Copyright © 2021 Simaq- Pusat Belajar Al Qur'an

Home

Wakaf

Program

Donasi

Sejarah

Visi & Misi

Management

Salam Pimpinan

Kontak Kami

Laporan

Tahsin

Tahfizh

Private

Event

Akademi

Galerry kegiatan