Antara Ziyadah, Muroja’ah dan Tilawah

murajaah
Bagikan
Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Pernah nggak sih merasa  susah ketika menghafalkan Al qur’an?

Pernah nggak sih, merasa susah ketika muroja’ah berasa hafalan ziyadah?

Pernah nggak merasa sulit, ketika menemukan ayat-ayat yang musytabihat dan sulit di bedakan antara ayat di surah yang satu dengan ayat yang berada di surah yang lain?

Mungkin kita pernah berada di semua posisi diatas. Sekalipun kita tipe orang yang cepat menghafalkan Al qur’an. Tipe orang yang cepat mengingat kembali kalau sudah dimurojaah. Mungkin kita tipe orang yang dapat dengan mudah mengidentifikasi | Jawabannya Pernah.
Sebenarnya terkait ziyadah dilihat dari seberapa sering ketika tilawah. Seberapa sering kita membacanya berulang-ulang. Kalau sudah sering melakukan pengulangan, maka in syaa Allah dengan mudah pula kita menghafalkannya.

Sama halnya dengan Muroja’ah yang berasa hafalan ziyadah. Toh, kita sudah pernah membuka jalur hafalan sebelumnya. Yang jadi perhatiannya, kenapa jadi susah?
Nah, susah disini harus didefinisikan dahulu. Susahnya karena apa? Harus dievaluasi betul-betul.

Udah berapa banyak pengulangan?


Udah baca Tafsir belum?

Udah Tadabur belum?

Udah Taubat belum?

Udah menangis agar hafalan kita dikembalikan belum?

Semua proses berqur’an akan menjadi susah atau sulit ketika kita hanya mengandalkan kemampuan kita. Harusnya kita menyadari bahwa semua itu ada campur tangan Allah Subhanahu Wata’ala.

Antar tilawah dan muroja’ah harus sebisa mungkin dibagi porsi waktunya. Maka dengan ini, kita harus membangun mindset menghafal Al Qur’an.

Hafalan qur’an itu lahir dari banyak interaksi sama Al qur’an. Banyak tilawah (banyak baca). Hafalan qur’an itu bukan hanya bisa baca tanpa melihat mushaf | itu bonus saja. Karena hafalan qur’an yang sesungguhnya adalah yang terulang terus menerus. Seseorang dikatakan hafal jika dia sudah melakukan pengulangan minimal 100x – 350x pengulangan.

Ibarat sebuah motor,
Tilawah Al qur’an itu bensinnya. Kalau motor tidak ada bensin. Maka motornya tidak bisa maju. Sama halnya dengan hafalan, tanpa tilawah maka akan tersendat.

Oleh karena itu, jangan memvonis diri bahwa kita nggak bisa menghafalkan Al qur’an. Banyak orang tua yang lanjut usia yang menyelesaikan hafalannya sampai 30 juz di usia 83 tahun.

Sebab menghafalkan Alqur’an itu bukan masalah kecerdasan. Siapapun bisa menghafal Alqur’an. Yang penting ada keinginan dan siap menghafalkan Alqur’an, karena kebersamaan bersama Al qur’an sangat mahal harganya. Bersyukurlah bila kita memiliki keinginan untuk hidup bersama Alqur’an.

Hubungi Kami

Subscribe Channel Kami

Copyright © 2021 Simaq- Pusat Belajar Al Qur'an

Home

Wakaf

Program

Donasi

Sejarah

Visi & Misi

Management

Salam Pimpinan

Kontak Kami

Laporan

Tahsin

Tahfizh

Private

Event

Akademi

Galerry kegiatan